MUSIC



Jumat, 29 Agustus 2014

LP Jiwa Perilaku Kekerasan

BAB I
KONSEP DASAR
A.    KONSEP DASAR
1.      Definisi
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu  sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 2004).
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis (Keliat, 2009).

2.      Etiologi
a.       Factor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1)   Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2)   Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3)   Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4)   Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
b.      Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti ke lemahan fisik (penyakit fisik) , keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

3.      Proses Terjadinya Masalah
Perilaku kekerasan atau amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Perilaku kekerasan juga dapat diartikan sebagai agresi berkaitan dengan trauma pada masa anak saat lapar, kedinginan, basah, atau merasa tidak nyaman. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara terus menerus, maka ia menampakan reaksi berupa menangis, kejang, atau kontraksi otot, perubahan ekspresi warna kulit, bahkan mencoba menahan nafasnya (Barry, 1998). Setelah anak bertambah dewasa, maka ia akan menampakkan reaksi yang lebih keras pada saat kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi, seperti melempar barang, menjerit, menahan nafas, mencakar, merusak atau bersikap agresif terhadap barang mainannya. Bila reward dan punishment tidak dijalankan, maka ia cenderung mengganggap perbuatan tersebut benar.
Kontrol lingkungan seputar anak yang tidak berfungsi dengan baik,menimbulkan reaksi agresi pada anak yang akan bertambah kuat sampai dewasa. Sehingga bila ia merasa benci dan frustasi dalam mencapai tujuannya ia akan bertindak angesif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa kehilangan orang-orang yang ia cintai atau orang yang berarti. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau kepanikan (takut). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan kekerasan disisi yang lain.

4.      Rentang Respon
Adaptif                                                                             Maladaptif
 


            Asertif             Frustasi            Pasif                Agresif                                    Amuk

Asertif             : Mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang   
 
lain dan merasa lega.
Frustasi            : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan
 
yang tidak realistis.
Pasif                : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan
              
perasaan yang sedang dialami.
Agresif                        : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih
              
terkontrol.
Amuk              : Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak
              
terkontrol.




5.      Manifestasi Klinik
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya tanda dan gejala sebagi berikut:
a.    Data Objektif :
1)   Muka merah
2)   Pandangan tajam
3)   Otot tegang
4)   Nada suara tinggi
5)   Berdebat
6)   Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
7)   Merampas makanan, memukul jika tidak senang
b.      Data Subjektif :
1)   Mengeluh perasaan terancam
2)   Mengungkapkan perasaan tidak berguna
3)   Mengungkapkan perasaan jengkel
4)   Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, mersa tercekik, dada sesak, binggung.

Sedangkan menurut (Budiana Keliat, 2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat berupa:
a.       Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
b.      Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c.       Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d.      Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e.       Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya )


Sedangkan menurut pendapat lain perilaku kekerasan ditandai dengan :
a.         Memperlihatian permusuhan, dengan ciri fisik :
1)   Mata melotot/pandangan taja
2)   Tangan mengepal
3)   Rahang mengatup
4)   Wajah memerah
5)   Postur tubuh kaku
6)   Mendekati orang lain dengan ancaman
b.         Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai seperti :
1)   Mengumpat dengan kata-kata kotor
2)   Suara keras
3)   Bicara kasar, ketus
c.       Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan seperti :
1)   Menyerang orang
2)   Melukai diri sendiri/orang lain
3)   Merusak lingkungan
4)   Amuk/agresif
5)   Mempunyai rencana untuk melukai

6.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan Secara Medis
Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif diantaranya :
1)   Anti ansietas dan hipnotik sedatif contohnya : Diazepam (valium).
2)   Anti depresan, contohnya : Amitriptilin.
3)   Mood stabilizer, contoh : Lithium, Carbamazepin.
4)   Antipsikotik, contoh : Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.
5)   Obat lain :Naltrexon, Propanolol


b.      Penanganan (Keperawatan)
Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien. Strategi tindakan itu terdiri dari :
1)   Strategi preventif : terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.
a)      Penyuluhan
Klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluhan klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi : bantu klien mengidentifikasi marah, berikan kesempatan untuk marah, praktekkan ekspresi marah, terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata, identifikasi alternatif cara mengeksprasikan marah.
b)      Latihan Asertif
Latihan asertif bertujuan agar klien bisa berperilaku asertif yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : berkomunikasi langsung dengan orang lain, mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak beralasan, mampu menyatakan keluhan, mengekspresikan apresiasi yang sesuai.
2)      Strategi Antisipasi : terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.
3)      Strategi pengekangan : terdiri dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.
c.       Cara Mengatasi Marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat KlienYang Melakukan Perilaku Kekerasan)
Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
1)   Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
2)   Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan yang terang,sikap keluarga yang lembut
3)   Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap erasaan marah, melindungi dan melaporkan jika amuk
4)   Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg telah dilatih di rs)pada lingkungan
5)   Spritual :bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan ibadah

Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus :
1)   Berteriak menjerit, memukul
2)   Terima marah klien, diam sebentar
3)   Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
4)   Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai
5)   Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)
6)   Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan nafas
7)   Berikan obat sesuai dengan aturan pakai
8)   Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke pelayanan kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa)
9)   Sedapat mungkin anggota keluarga yang melakukan perilaku kekerasan sedapat mungkin jangan diikat atau dikurung.


7.      Asuhan Keperawatan
a)      Pengkajian
1)   Identitas klien
2)   Alasan masuk biasanya berperilaku aneh berupa marah-marah tanpa sebab, menyakiti diri sendiri dan orang lain serta merusak lingkungan.
3)   Faktor predisposisi
a)      Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang
b)      Riwayat pendidikan
c)      Riwayat pekerjaan
d)     Penggunaan waktu luang
e)      Hubungan antar manusia
f)       Tindakan anti social
g)      Penyakit yang pernah diderita
h)      Riwayat gangguan jiwa di masa lalu
i)        Pengobatan sebelumnya
j)        Kekerasan dalam keluarga
k)      Trauma karena aniaya fisik atau tindakan kriminal
4)   Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
5)   Apakah ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
6)   Bagaimana keadaan fisik klien secara umum
Suhu, nadi, tensi, pernafasan, TB, BB serta keluhan fisik lainnya
7)   Bagaimana kondisi psikosoial klien
Genogram keluarga, konsep diri klien, hubungan sosial klien, spiritual klien
8)   Bagaimana status mental klien
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian daya tilik diri.
9)   Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
10)             Kemampuan klien dalam kegiatan kehidupan sehari-hari
11)             Kebersihan diri klien
12)             Nutrisi klien
13)             Tidur atau istirahat klien
14)             Apakah klien memiliki sistem pendukung
15)             Apakah klien menikmati saat bekerja, atau saat melakukan hobi
16)             Mekanisme koping adaptif atau maladaptif
17)             Apakah klien memiliki masalah psikososial atau lingkungan
18)             Bagaimana pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit jiwa.

b.      Diagnosa Keperawatan
1)         Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
( Effect )
 

Perilaku kekerasan
 ( Core Problem )
 

Gangguan konsep diri : harga diri rendah
( cause )

2)        Diagnosa Keperawatan
a)    Perilaku kekerasan
b)   Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
c)    Gangguan konsep diri : harga diri rendah


c.       Intervensi Keperawatan
1)        Dx I Perilaku kekerasan
TUK I             : Membina hubungan saling percaya, klien mampu mengidentifikasi penyebab PK, tanda dan gejala PK, PK yang dilakukan, akibat PK, menyebutkan cara engontrol PK, membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol fisik 1 ( tarik nafas dalm ), menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal harian.
SP I              :
a)    Mengidentifikasi penyebab PK
b)   Mengidentifikasi tanda da gejala PK
c)    Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d)   Mengidentifikasi akibat PK
e)    Menyebutkan cara mengontrol PK
f)    Membantu pasien mempraktekkan latihan mengontrol fisik I
g)   Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

TUK II        : Pasien mampu mengontrol PK dengan cara fisik II ( pukul bantal )
SP II           :
a)      Mengevaluasai jadwal kegiatan harian pasien
b)      Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II ( pukul bantal )
c)      Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

TUK III      : Pasien mampu mengontrol PK dengan cara verbal
SP III          :
a)    Mengevaluasai jadwal kegiatan harian pasien
b)   Melatih pasien mengontrol PK dengan cara Verbal
c)    Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

TUK IV      : Pasien mampu mengontrol PK dengan cara Spiritual
SP IV          :
a)    Mengevaluasai jadwal kegiatan harian pasien
b)   Melatih pasien mengontrol PK dengan cara Spiritual
c)    Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

TUK V        : Pasien mampu mengontrol PK dengan cara minum
  obat
SP V           :
a)    Mengevaluasai jadwal kegiatan harian pasien
b)   Melatih pasien mengontrol PK dengan minum obat
c)    Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian