BAB I
KONSEP DASAR
A.
KONSEP
DASAR
1.
Definisi
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap
seseorang yang dicerminkan seseorang sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu
sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling
berat adalah melukai/ merusak secara serius. Perilaku kekerasan adalah tingkah
laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang
tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Perilaku
kekerasan adalah Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang
(Maramis, 2004).
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis (Keliat, 2009).
2. Etiologi
a. Factor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang
yang merupakan factor predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak
terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
1)
Psikologis,
kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2)
Perilaku,
reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3)
Sosial
budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol
sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah
perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4)
Bioneurologis,
banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.
b.
Faktor
Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien,
lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti ke lemahan
fisik (penyakit fisik) , keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang
dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor
penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan.
3. Proses Terjadinya
Masalah
Perilaku
kekerasan atau amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau
intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum
dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman,
kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Perilaku
kekerasan juga dapat diartikan sebagai agresi berkaitan dengan trauma pada masa
anak saat lapar, kedinginan, basah, atau merasa tidak nyaman. Bila kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi secara terus menerus, maka ia menampakan reaksi
berupa menangis, kejang, atau kontraksi otot, perubahan ekspresi warna kulit,
bahkan mencoba menahan nafasnya (Barry, 1998). Setelah anak bertambah dewasa,
maka ia akan menampakkan reaksi yang lebih keras pada saat
kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi, seperti melempar barang, menjerit,
menahan nafas, mencakar, merusak atau bersikap agresif terhadap barang
mainannya. Bila reward dan punishment tidak dijalankan, maka ia
cenderung mengganggap perbuatan tersebut benar.
Kontrol
lingkungan seputar anak yang tidak berfungsi dengan baik,menimbulkan reaksi agresi pada anak yang akan bertambah kuat sampai
dewasa. Sehingga bila ia merasa benci dan frustasi dalam mencapai tujuannya ia
akan bertindak angesif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa kehilangan
orang-orang yang ia cintai atau orang yang berarti. Perilaku
kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
kepanikan (takut). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan
itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif
verbal disuatu sisi dan kekerasan disisi yang lain.
4. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk
Asertif : Mampu
menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang
lain dan merasa lega.
lain dan merasa lega.
Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan
yang tidak realistis.
yang tidak realistis.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami.
perasaan yang sedang dialami.
Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih
terkontrol.
terkontrol.
Amuk : Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat
dan tidak
terkontrol.
terkontrol.
5. Manifestasi Klinik
Pada
pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah
perilaku kekerasan di rumah. klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan
adanya tanda dan gejala sebagi berikut:
a. Data Objektif :
1) Muka merah
2) Pandangan tajam
3) Otot tegang
4) Nada suara tinggi
5) Berdebat
6) Sering pula tampak klien memaksakan kehendak
7) Merampas makanan, memukul jika tidak senang
b.
Data
Subjektif :
1)
Mengeluh
perasaan terancam
2)
Mengungkapkan
perasaan tidak berguna
3)
Mengungkapkan
perasaan jengkel
4)
Mengungkapkan
adanya keluhan fisik, berdebar-debar, mersa tercekik, dada sesak, binggung.
Sedangkan menurut (Budiana Keliat, 2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat berupa:
a.
Perasaan
malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
b.
Rasa
bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c.
Gangguan
hubungan sosial (menarik diri)
d.
Percaya
diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e.
Mencederai
diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien akan mengakiri kehidupannya )
Sedangkan menurut pendapat lain perilaku kekerasan ditandai dengan :
a.
Memperlihatian
permusuhan, dengan ciri fisik :
1)
Mata
melotot/pandangan taja
2)
Tangan
mengepal
3)
Rahang
mengatup
4)
Wajah
memerah
5)
Postur
tubuh kaku
6)
Mendekati
orang lain dengan ancaman
b.
Memberikan
kata-kata ancaman dengan rencana melukai seperti :
1)
Mengumpat
dengan kata-kata kotor
2)
Suara
keras
3)
Bicara kasar,
ketus
c.
Menyentuh
orang lain dengan cara yang menakutkan seperti :
1)
Menyerang
orang
2)
Melukai
diri sendiri/orang lain
3)
Merusak
lingkungan
4)
Amuk/agresif
5)
Mempunyai
rencana untuk melukai
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Medis
Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif
diantaranya :
1)
Anti
ansietas dan hipnotik sedatif contohnya : Diazepam (valium).
2)
Anti
depresan, contohnya : Amitriptilin.
3)
Mood
stabilizer, contoh : Lithium, Carbamazepin.
4)
Antipsikotik,
contoh : Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.
5)
Obat
lain :Naltrexon, Propanolol
b.
Penanganan
(Keperawatan)
Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada
klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh mana tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh klien. Strategi tindakan itu terdiri dari :
1) Strategi preventif : terdiri dari kesadaran
diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.
a) Penyuluhan
Klien perlu disadarkan tentang cara marah
yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk
mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang benar atau
salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluhan klien untuk
mencegah perilaku kekerasan berisi : bantu klien mengidentifikasi marah, berikan
kesempatan untuk marah, praktekkan ekspresi marah, terapkan ekspresi marah
dalam situasi nyata, identifikasi alternatif cara mengeksprasikan marah.
b)
Latihan
Asertif
Latihan asertif bertujuan agar klien bisa
berperilaku asertif yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : berkomunikasi
langsung dengan orang lain, mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak
beralasan, mampu menyatakan keluhan, mengekspresikan apresiasi yang sesuai.
2)
Strategi
Antisipasi : terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku
dan psikofarmakologi.
3)
Strategi
pengekangan : terdiri
dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.
c.
Cara
Mengatasi Marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat KlienYang Melakukan
Perilaku Kekerasan)
Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek
:
1)
Fisik :
menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat berat,
menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
2)
Emosi :
mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan yang terang,sikap
keluarga yang lembut
3)
Intelektual
: mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap erasaan marah, melindungi
dan melaporkan jika amuk
4)
Sosial
: mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg telah dilatih
di rs)pada lingkungan
5)
Spritual
:bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan ibadah
Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus :
1)
Berteriak
menjerit, memukul
2)
Terima
marah klien, diam sebentar
3)
Arahkan
klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
4)
Setelah
tenang diskusikan cara umum yang sesuai
5)
Bantu
klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)
6)
Latihan
pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan nafas
7)
Berikan
obat sesuai dengan aturan pakai
8)
Jika
cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke pelayanan kesehatan
jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa)
9) Sedapat mungkin anggota keluarga yang
melakukan perilaku kekerasan sedapat mungkin jangan diikat atau dikurung.
7. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1) Identitas klien
2) Alasan masuk biasanya
berperilaku aneh berupa marah-marah tanpa sebab, menyakiti diri sendiri dan
orang lain serta merusak lingkungan.
3) Faktor predisposisi
a) Riwayat kelahiran dan
tumbuh kembang
b) Riwayat pendidikan
c) Riwayat pekerjaan
d) Penggunaan waktu
luang
e) Hubungan antar
manusia
f) Tindakan anti social
g) Penyakit yang pernah
diderita
h) Riwayat gangguan jiwa
di masa lalu
i)
Pengobatan sebelumnya
j)
Kekerasan dalam keluarga
k) Trauma karena aniaya
fisik atau tindakan kriminal
4)
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
5)
Apakah ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
6)
Bagaimana keadaan fisik klien secara umum
Suhu, nadi, tensi,
pernafasan, TB, BB serta keluhan fisik lainnya
7)
Bagaimana kondisi psikosoial klien
Genogram keluarga,
konsep diri klien, hubungan sosial klien, spiritual klien
8)
Bagaimana status mental klien
Penampilan, pembicaraan,
aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi
klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian daya tilik diri.
9)
Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
10)
Kemampuan klien dalam kegiatan kehidupan
sehari-hari
11)
Kebersihan diri klien
12)
Nutrisi klien
13)
Tidur atau istirahat klien
14)
Apakah klien memiliki sistem pendukung
15)
Apakah klien menikmati saat bekerja, atau saat
melakukan hobi
16)
Mekanisme koping adaptif atau maladaptif
17)
Apakah klien memiliki masalah psikososial atau
lingkungan
18)
Bagaimana pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit
jiwa.
b. Diagnosa Keperawatan
1)
Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
( Effect )
Perilaku kekerasan
( Core
Problem )
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
( cause )
2)
Diagnosa Keperawatan
a) Perilaku kekerasan
b) Resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan
c) Gangguan konsep diri
: harga diri rendah
c. Intervensi
Keperawatan
1)
Dx I Perilaku kekerasan
TUK I : Membina hubungan saling percaya, klien mampu
mengidentifikasi penyebab PK, tanda dan gejala PK, PK yang dilakukan, akibat
PK, menyebutkan cara engontrol PK, membantu pasien mempraktekan latihan cara
mengontrol fisik 1 ( tarik nafas dalm ), menganjurkan pasien memasukan dalam
jadwal harian.
SP I :
a) Mengidentifikasi
penyebab PK
b) Mengidentifikasi
tanda da gejala PK
c) Mengidentifikasi PK
yang dilakukan
d) Mengidentifikasi
akibat PK
e) Menyebutkan cara
mengontrol PK
f) Membantu pasien
mempraktekkan latihan mengontrol fisik I
g) Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
TUK II : Pasien
mampu mengontrol PK dengan cara fisik II ( pukul bantal )
SP II :
a) Mengevaluasai jadwal
kegiatan harian pasien
b) Melatih pasien
mengontrol PK dengan cara fisik II ( pukul bantal )
c) Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
TUK III :
Pasien mampu mengontrol PK dengan cara verbal
SP III :
a) Mengevaluasai jadwal
kegiatan harian pasien
b) Melatih pasien mengontrol
PK dengan cara Verbal
c) Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
TUK IV : Pasien
mampu mengontrol PK dengan cara Spiritual
SP IV :
a) Mengevaluasai jadwal
kegiatan harian pasien
b) Melatih pasien mengontrol
PK dengan cara Spiritual
c) Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
TUK V :
Pasien mampu mengontrol PK dengan cara minum
obat
obat
SP V :
a) Mengevaluasai jadwal
kegiatan harian pasien
b) Melatih pasien mengontrol
PK dengan minum obat
c) Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian